Bunda Maria dalam keluargaku
Siapa yang tidak kenal dengan Bunda kita , Perawan yang tak Bernoda.. Bunda Maria. Sejak kecil saya sudah mengenal sosok bunda Maria. Yang saya tahu bahwa ia adalah ibunya Yesus Tuhan kita, ia Tak Bernoda, Suci, Sang Perawan, Pengantara Segala Rahmat.. dan yang paling teringat dalam hati saya adalah: selalu mengabulkan doa kita . Bagaimana saya tidak ingat, karena bunda Maria telah membuat mujizat dalam keluarga kami. Keluarga saya adalah keluarga KB , bukan keluarga berencana..tapi keluarga besar. Saya anak nomor ke tujuh dan mempunyai satu adik laki-laki serta enam orang kakak, satu laki-laki sudah almarhum dan lima kakak perempuan. Salah satu dari kakak perempuan saya yang nomor empat menderita sakit. Kedua orang tua saya bercerita bahwa saat kakak masih balita kira-kira usia 8 bulan , kakak saya jatuh dari tangga yang lumayan tinggi. Menyebabkan kakak saya mengalami step, demam tinggi dan saat itu matanya seperti buta dan lumpuh tidak dapat berjalan. Kedua orang tua saya berusaha membawa kakak saya ke dokter terbaik saat itu, dan yang terjadi adalah kakak saya tetap lemah dan tak dapat berjalan. Kedua orang tua saya cukup taat dalam doa, mereka membawa kakak saya dalam Doa Novena Tiga Kali Salam Maria. Dengan penuh keyakinan dan iman bahwa Tuhan akan mengabulkan permohonan doa mereka melalui bunda-Nya. Mujizat memang tidak serta merta terjadi, tetapi kedua orang tua saya tak pernah berhenti untuk berdoa hingga tepat tiga bulan lamanya mereka berdoa, kakak saya sudah mulai dapat melihat dan dapat mulai berjalan. Sunggu luar biasa kerja Tuhan. Ketika kita setia dan tak henti-henti berseru kepada-Nya pasti Ia mengabulkan doa kita. Memang waktu Tuhan bukanlah waktu kita, kita hanya diminta untuk setia. Sekarang kakak saya sehat-sehat saja walaupun ia tetap layaknya anak kecil karena ada kerusakan pada otaknya, tapi kmi semua mengasihinya. Ketika saya menikah dan mempunyai anak, anak saya sering mengalami sakit dan dalam waktu satu bulan bisa dirawat sampai dua kali karena step , sakit panas tinggi dan kejang, dan itu terjadi dari anak saya umur satu tahun hingga umur dua tahun. Seorang dokter langganan , dokter specialis anak mengatakan prihatin kepada saya dan suami. Kemudian ia menyarankan untuk mengganti nama anak saya saja karena menurut pengalaman beliau , dia dahulu waktu kecil juga pernah mengalami hal serupa. Percaya atau tidak tapi dia sungguh sedih karena anak saya sakit terus. Sebagai keluarga muda dan baru punya anak, hal itu menjadi pemikiran bagi saya dan suami. Dan setelah kami bicarakan dengan orang tua dan keluarga mereka setuju. Tapi bagaimana caranya ?? Karena hal itu tidak gampang, anak saya sudah dibaptis sejak bayi dan dalam catatan sipil sudah tercatat. Dan benar saja, teman saya menyarankan saya dan suami untuk mengubah nama nya, dan ia katakan kalau mau kami harus pergi kekota karena di sana banyak Tapekong yang ahli. Untuk saya dan suami yang bukan berasal dari suku cina hal itu agak aneh dan menjadi suatu penagalaman baru. Dan tanpa rasa apa-apa pergilah kami ke petak lima di kota , kami mencoba mencari Tapekong yang ahli untuk menyembuhkan anak kami. Dua tiga orang kami cari mengatakan mereka tidak bisa, karena memang bukan bidangnya, Akhirnya kami sampai pada sebuah rumah yang banyak asap di dalamnya karena banyak Hio dan dan patung-patung Budha. Kami bertemu dengan Tapekong wanita. Ia bertanya kepada saya; mau cari sapa ? Saya jawab, bahwa saya mau bertemu dengan yang namanya Tapekong. Kemudian tanpa saya menunggu lama ia berkata kepada saya; oe gak bisa, gak mau, mending pulang aja. Lho ?? capek-capek dari pagi kami datang ko disuruh pulang? mana carinya susah dan tanya sana-sini. Kemudian saya bilang kenapa ibu gak mau ? Dan jawaban nya di luar dugaan kami. Apa jawabnya ? begini; oe gak bisa, kamu punya Bunda Maria, minta lah sama Bunda Maria, oe gak ada apa-apanya, kamu Katolik kan ? Hah?? ko tau yaa ?? saya terpana, tanpa sadar ibu itu pergi begitu saja meninggalkan kami. Entah karena apa , maka kamipun langsung pulang dan tidak lagi mencari. Sampai dirumah kami tersadar, begitu besar Bunda Maria mengasihi kami hingga kami diingatkan justru melalui orang yang mau kami kunjungi. Setelah peristiwa itu akhirnya kamipun sepakat untuk berdoa bersama dalam keluarga dan membuat bubur merah putih ( tradisi jawa ) dan hanya mengganti nama panggilan anak kami, dan membagikan bubur itu kepada semua tetangga dengan kertas kecil yang mengatakan anak kami punya nama panggilan baru, nama baptisnya: Michael. Sungguh saya bersyukur mempunyai Bunda seperti Bunda Maria. Bunda Maria penolong dalam keluarga kami, tak dapat dihitung. Dan saya pun tetap setia menghormatinya dalam doa saya dalam rosario. Tidak tanggung-tanggung sayapun menjadi legionnya dalam Legio Maria. Marilah kita tetap setia dalam berdevosi dan percaya Tuhan sungguh luar biasa kasih-Nya.. Ia mempunyai banyak cara yang tanpa kita sadari berkarya dalam keluarga kita. Melalui Bunda Maria yang menghantarkan begitu banyak rahmat-Nya. Ave Maria.

Komentar
Posting Komentar